Dilansir dari Jawapos – JawaPos.com – Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis yang sudah berjalan di beberapa daerah, menyita perhatian publik. Tidak sedikit pihak yang menyoroti penggunaan kemasan plastik karena khawatir menjadi permasalahan baru.
Seperti di Surabaya, pantauan JawaPos.com menunjukkan makanan bergizi berupa nasi wijen, sayur buncis campur wortel dan tahu, ayam kecap, semangka, serta susu UHT 115 mili liter disajikan dalam kotak plastik.
Hal ini disayangkan oleh Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some. Ia menilai penggunaan kemasan plastik dalam Makan Bergizi Gratis ini memberikan beban lingkungan di Kota Pahlawan.
“Kenapa saya bilang beban kota, karena kan kalau sampah masuk ke TPA. Pemkot Surabaya harus (membayar) ke pengolah TPA, sekitar Rp 100 ribuan per ton. Ini kan beban,” tutur Wawan di Surabaya, Rabu (15/1).
Selain permasalahan sampah plastik, Wawan juga menyoroti sisa makanan bergizi yang tidak dihabiskan siswa. Ia mengatakan bahwa sampah makanan termasuk kategori yang mudah diolah dan mudah terurai.
Meski begitu, sampah makanan tidak boleh dianggap enteng. Sebab, dapat menghasilkan gas metana yang berbahaya. Gas ini menjadi salah satu penyumbang utama pemanasan global.
“Tadi saya sudah tanya ke teman teman badan gizi, saya berpikir sampah ini bisa diolah di sekolah, tetapi ternyata gak. Sampah akan dibawa kembali ke dapur, lalu dapur kerja sama dengan DLH,” imbuhnya.
Bukan hanya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Wawan berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bisa menggandeng masyarakat untuk mengolah sampah plastik dan sampah makanan dari program Makan Bergizi Gratis.
Terutama kampung yang membudidayakan maggot. “Karena permintaan maggot juga tinggi. Ada yang minta 30 ton per hari, berarti kan sudah olah sampah 300 ribu ton, karena 10 persen dari itu. Ini bisa jadi program menarik,” tutur Wawan.
Lebih lanjut, Koordinator Komunitas Nol Sampah di Surabaya itu juga mengatakan hingga saat ini, Kota Pahlawan sudah memiliki Tempat Pengolahan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) dan 12 Rumah Kompos.
TPS3R tidak hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Di sana, ada proses pemilahan sampah untuk didaur ulang, sehingga mengurangi tonase sampah.
“Kenapa sampah gak masuk ke sini (TPS3R dan rumah kompos) saja semua. Jadi sekali lagi program ini sangat menarik, kami support, tetapi jangan sampai jadi beban pemerintah kota karena akan banyak sampah,” tukas Wawan.
Sebelumnya, program Makan Bergizi Gratis sudah dilaksanakan di Surabaya sejak Senin (13/1). Setidaknya ada 6.159 siswa dari 10 sekolah di Kota Pahlawan sudah mencicipi menu makanan bergizi secara cuma-cuma.
Sepuluh sekolah tersebut terdiri dari berbagai jenjang pendidikan. Di Kecamatan Wonocolo, yakni KB-TM Yasporbi, SD Taquma, SMP Negeri 13 Surabaya, SMA Negeri 10 Surabaya dan SMK PGRI 1 Surabaya.
Sementara di Kecamatan Rungkut, program Makan Bergizi Gratis juga menyasar lima sekolah, yakni TK Tunas Pertiwi, SDN Penjaringan Sari 1, SDN Penjaringan Sari 2, MTs 3 Surabaya, dan MAN Surabaya.
